Sabtu, 28 April 2012

Wayang Orang Alami Krisis Pertunjukan
Ilustrasi: Pementasan wayang orang bertajuk Gatotkaca Jadi Raja - Battle For The Throne karya sutradara Mirwan Suwarso, di The Hall Senayan City, Jakarta, Sabtu (4/2/2012).
YOGYAKARTA--Wayang orang sebagai bagian dari seni dan budaya Yogyakarta saat ini mengalami krisis pertunjukan, yaitu kurangnya kegiatan pertunjukan sebagai media ekspresi senimannya.
"Saat ini, yang terjadi justru krisis pertunjukan, bukan krisis pemain. Pemain wayang orang cukup banyak, dan regenerasinya pun terus berjalan," kata Altianto, salah seorang seniman wayang orang, di Yogyakarta, Sabtu.
Menurut dia, kesempatan bagi seniman atau kelompok wayang orang untuk melakukan pergelaran dan berinteraksi dengan publik sudah sangat minim dan terbatas sehingga wayang orang terkesan menjadi sebuah pertunjukan yang eksklusif.
Selama ini, lanjut dia, hanya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta yang telah memiliki agenda rutin untuk menyelenggarakan pertunjukan wayang orang tersebut.
"Meskipun pergelaran tersebut dilakukan melalui festival yang diadakan dua tahun sekali," lanjutnya.
Dengan kurangnya kesempatan untuk melakukan pertunjukan, kata Altianto, sejumlah seniman wayang orang pun banting stir untuk bisa menyalurkan ekspresi seninya dengan menari atau kegiatan kesenian lainnya.
"Seniman wayang orang ini juga butuh ruang berekspresi. Karena pertunjukan itu jarang, maka mereka pun memilih melakukan ekspresi seni dalam bentuk lain," katanya.
Salah seorang seniman wayang orang, Sri Kadarjati mengatakan, wayang orang di Yogyakarta mengalami masa jayanya pada saat kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono VII.
"Pada masa itu, Sri Sultan selalu menggelar pertunjukan wayang orang. Pertunjukan pun tidak hanya dilakukan satu hari, tetapi bisa dua hingga tiga hari tanpa henti," katanya.
Beliau, lanjut dia, juga memasukkan berbagai inovasi dalam seni pertunjukan wayang orang gaya Yogyakarta.
Sedangkan seniman wayang orang lainnya, RM Ywandjono mengatakan, seorang pemain wayang orang justru akan merasa jaya saat mereka disambut baik dalam pertunjukan di luar negeri.
"Saat melakukan pertunjukan di luar negeri, kami justru merasa sangat dihargai dan dihormati. Setiap kami tampil, tiket selalu habis terjual," katanya.
Ungkapan dari RM Ywandjono yang memiliki Paguyuban Kesenian Surya Kencana tersebut didasarkan pada pengalamannya saat melakukan lawatan ke berbagai negara di Benua Eropa untuk menampilkan pertunjukan wayang orang pada era 1980-an.