Selasa, 15 Mei 2012

Dialog Punakawan dengan Emha Ainun Najib
ILUSTRASI
HEADLINE NEWS, OASE --Dialog Punakawan dengan tokoh budayawan, Emha Ainun Najib mewarnai pergelaran Wayang Punakawan Nusantara Madagaskar (WPNM) dengan cerita Semar Mengunjungi Kerabat di Madagaskar bertempat di Wisma Indonesia, Madagaskar, pada akhir pekan.

Dialog hubungan bilateral Indonesia-Madagaskar dan prospeknya dilihat dari kacamata budaya sebagaimana yang tergambar dari berbagai karya sastranya dilakukan melalui sambungan jarak jauh, demikian Pelaksana Fungsi Pensosbud KBRI Antananarivo, Hanggorono Nurcahyo di London, Selasa.

Kedutaan Besar Republik Indonesia di Antananarivo pagelaran Wayang Punakawan Nusantara Madagaskar (WPNM) merupakan pagelaran perdana yang diselenggarakan di Madagaskar kreasi Kepala Perwakilan RI/Kuasa Usaha Tetap (KUTAP) RI Antananarivo, Artanto S. Wargadinata sebagai salah satu langkah pelaksanaan Total Diplomacy KBRI Antananarivo khususnya dalam program Trade Tourism Investment and Cultural (TTIC).

Pementasan ini disaksikan sekitar 125 orang terdiri dari masyarakat Indonesia yang bermukim di Madagaskar juga anggota Ikatan Alumni Indonesia (IAI) yang tergabung dalam Masyarakat Malagasy yang pernah mengikuti pendidikan atau pelatihan di Indonesia, seperti Kerjasama Negara Berkembang atau KNB, Dharmasiswa, Lemhanas dan Sesko TNI.

Pagelaran yang bertema Semar is Visiting Relatives in Madagascar atau Semar dia nitsidika ny rahalaliny eto Madagasikara itu dilakukan KUTAP RI dibantu sejumlah Staf KBRI Antananarivo selama kurang lebih satu jam yang berhasil memukau penonton.

Pementasan ini dilakukan dengan Bahasa Indonesia yang diselingi bahasa-bahasa lainnya seperti Inggris, Malagasy, Perancis, Arab, Hindi dan Italia serta beberapa dialog dengan bahasa daerah yang banyak bersentuhan dengan kebudayaan dan bahasa Malagasi antara lain Dayak. Manyaan, Banjar, Batak Toba, Palembang, Jawa dan Sunda.

Selama pementasan, terdapat sesi khusus dialog interaktif antara wakil hadirin dengan tokoh budayawan, Emha Ainun Najib melalui sambungan jarak jauh tentang hubungan bilateral Indonesia-Madagaskar dan prospeknya dilihat dari kacamata budaya sebagaimana yang tergambar dari berbagai karya sastranya.

Dua wakil penonton Romo Bono dan Jenderal Gendarmerie Madagaskar alumni Sesko TNI, Jenderal Rakotomanana ikut memeriahkan suasana pementasan. Romo Bono saat ini sedang mengadakan penelitian mengikuti hasil penelitian sarjana Norwegia Otto Christian Dahl, penulis buku Migration from Kalimantan to Madagascar (1991).

Kuasa Usaha Tetap (KUTAP) RI Antananarivo, Artanto S. Wargadinata mengatakan melalui Soft Power Diplomacy yang salah satu bentuknya adalah Pagelaran WPNM tersebut, diharapkan mampu menjadi bridging saling pengertian posisi masing-masing pihak, peningkatan kerjasama dalam bidang ekonomi perdagangan dan investasi serta sosial budaya berupa pendidikan dan kerja sama teknik.

Diharapkan menjadi stimulus bagi pengembangan kerjasama bilateral di masa mendatang seperti Kajian pembukaan Indonesian Center, Studi Bahasa Indonesia dan/atau Bahasa Malagasy, Kerjasama Bidang Kepemudaan dan Olah Raga, serta Kerjasama Bidang Lingkungan Hidup.

Madagaskar yang saat ini yang berpenduduk k.l. 21 juta jiwa potensial menjadi modalitas yang signifikan bagi pengembangan hubungan bilateral disegala bidang. Pagelaran WPNM ini diharapkan pula mampu menumbuhkembangkan hubungan kedua bangsa dan negara yang didasari oleh Persaudaraan Abadi, Silaturahmi dan Tali Kasih.

Hanggorono Nurcahyo mengatakan gubungan bilateral Indonesia dengan Madagaskar tergolong unik karena adanya hubungan psikologis-historis antara kedua suku bangsa. Suku terbesar di Madagaskar, yaitu suku Imeria, yang bermukim di wilayah Antananarivo adalah keturunan dari bangsa Polinesia bagian Indonesia yang melakukan migrasi ke Madagaskar pada abad ke-5 Masehi.

Bahasa Madagaskar merupakan salah satu rumpun bahasa Melayu Polinesia, bahkan sangat mirip dengan bahasa suku Manyan salah satu suku dayak di Kalimantan Barat, demikian Hanggorono Nurcahyo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar